Skip to main content

about marriage

Pernikahan. Sebuah kata yang tak pernah terpikirkan olehku selama hampir 20 tahun hidup di dunia ini. Tidak memiliki hasrat untuk menikah, tidak percaya apa itu cinta, dan ingin hidup menjadi biarawati adalah isi pikiranku 3 tahun yang lalu. Dari aku kecil hingga tahun 2019, aku menganggap konsep pernikahan adalah hal yang mengerikan. Hidup bersama orang asing untuk selamanya, menerima kekurangan mereka? Hal yang aneh menurut Niken 3 tahun yang lalu

Bagaimana jika tidak cinta dengan orang yang dinikahi? Bagaimana jika pasangan tidak mencintai kita? Bagaimana jika ujung-ujungnya berpisah? Setidaknya pertanyaan-pertanyaan itu yang selalu muncul dalam benakku. Bisa jadi hal-hal ini adalah bentuk dari ketakutanku semata akan konsep dan gambaran pernikahan yang aku ketahui, dan merupakan proyeksi akan trauma yang aku alami. 

Aku tumbuh dalam keluarga yang dikata harmonis, tidak. Namun jika dikata tidak harmonis, juga bukan. Mami dan Papa seringkali berselisih paham dan tidak akur seperti Tom & Jerry sejak aku kecil. Mungkin itulah yang membuatku berpikir, "Ah, sepertinya orang-orang dewasa ini menikah bukan karena cinta seperti apa yang digambarkan di film Disney". Ya, aku adalah penggemar berat film Disney. Maka dari itu, sejak aku kecil, aku menganggap pernikahan ya sama persis apa yang diperlihatkan di film-film itu. Didasari oleh cinta dan yang diperlihatkan hanya indah-indahnya saja.

Sejatinya (menurutku), pernikahan sendiri merupakan sebuah perjalanan panjang untuk berkomitmen dengan pasangan. Jika menikah dengan orang yang tepat, akan sangat mungkin jika tumbuh rasa cinta didalamnya. Namun menurutku pernikahan sendiri merupakan suatu ikatan yang dilakukan dengan komitmen yang kuat. 

Berkomitmen mau untuk sehidup semati dengan pasangan, mau untuk terikat satu sama lain dan setia, mau belajar dan bertumbuh bersama, mau untuk menerima kekurangan satu sama lain, mau untuk saling melengkapi dan mendukung satu sama lain, dan lain sebagainya. 

Sekadar mempunyai keinginan untuk berkomitmen saja, menurutku tidak mudah. Aku salut dengan orang-orang yang mempunyai keinginan, bahkan bisa untuk mewujudkan komitmen hidup bersama dengan orang lain. 

Aku sangat bersyukur, saat ini aku punya harapan dan keinginan untuk belajar berkomitmen dengan pasanganku. Dan aku pun bersyukur dengan pasanganku yang sekarang, aku bisa belajar lebih banyak untuk menerima kehadiran orang lain secara dekat di hidupku. 

Well, that's life. Everything's will change. Pandangan dan harapan terhadap sesuatu pasti akan berubah seiringnya perjalanan waktu dan kedewasaan diri. 


Comments

Popular posts from this blog

Cerita Di SMA: Temu Gen Pertamaku Di Smala

Hai semuanya! Seluruh smalane pasti udah nggak asing banget sama yang namanya gen ya kannn? Gen(generasi) sendiri konon katanya dapat mengakrabkan hubungan kita dengan adik kelas maupun kakak kelas yang tergabung dalam generasi yang sama. Contohnya kaya genku ini, gen 4TEAM terdiri dari kelas X4, XI4, XII4, bahkan sampe alumni yang juga gen 4. Dan masih banyak gen lain, seperti GENJI(Gen 1), ANGELS(Gen 2), BEST(Gen 3), LIMO(Gen 5), CLASSIX(Gen 6), DJITOE(GEn 7), ARSPAN(Gen 8), LASSO(Gen 9), SSOSH(Gen IS). Kebersamaan gen sendiri terwujud dengan adanya TG(Temu Gen) dan acara-acara lain yang melibatkan gen. Acara TG sendiri biasanya diadakan di awal tahun.  Awal aku masuk smala hari Kamis, 5 Januari 2017. Anak-anak yang lain heboh banget pada bikin dekorasi kecil yang aku nggak tau waktu itu buat apa wkwk. Terus siangnya aku dimintain iuran buat kaos gen & buat TG sama Pauline temenku. Aku yang waktu itu buta informasi banget soal smala nggaktau apa itu Gen, TG, dan lain

Berfaedah: Terimakasih, Niken!

HAI SEMUANYAAA! Hahaha udah lama nih aku ngga update blog, maaf yaah ngga sempet up karena keabisan topik. Kali ini, aku mau berterimakasih banyak sama diriku sendiri, karena aku udah jadi orang yang sangat kuat! hehe. Mungkin disini aku bahasanya agak lebih santai dari biasanya karena ini aku copas dari private account instagram aku hihihi. Menjalani masa depresi dari November’17-Juni’18 beneran ga gampang. Ratusan kali punya pikiran buat bunuh diri, puluhan kali percobaannya juga.. beneran keren aku masih bisa ada sekarang. Di 2018 ini banyaaak banget pelajaran yang bisa diambil dan diresapi buat diriku sendiri. Gimana caranya aku harus bisa cuek sama sekitar, gimana caranya aku bisa tetap tenang ngejalanin masalah-masalah walaupun susah minta ampun, gimana caranya aku harus bisa sekuat baja yang dibenci ratusan orang. Bodohnya aku, aku ga langsung nyari pertolongan ke psikolog/ siapapun yang bisa nolong aku. Tapi akhirnya camproh ngerubah hidupku bgt. Aku jadi makin bisa bersy

Untitled: Tentang Kematian

Terasa hampa. Seperti tidak bisa membayangkan masa depan, dan rasanya akan mati esok hari. Mungkin banyak dari mereka, mengira bahwa masa depanku sudah tergambarkan, dengan angka-angka sampah tersebut. Namun waktu terasa sangat cepat, aku seperti bisa mendengar detik-detik terakhir. Jiwa menunggu sang akhir, namun dirundung ketakutan pula. Terbayang sebuah peti warna putih, yang siap dikuburkan Terbaring raga yang memang menantikan kematian sejak lama. Raga yang putus asa akan adanya nafas hidup, dan sudah mati rasa. Seperti sudah siap mematikan tubuh. Siapa yang akan berkunjung?  Mungkinkah kamu? Mungkinkah mereka? Atau mungkinkah Sang Dia? Mungkin hanya orang terdekat dan yang bisa merasakan apa arti kesepian.