Aku pernah suka perayaan ulang tahun.
Menurut Niken kecil, ulang tahun harus dirayakan. Tidak harus besar dan mewah, cukup yang sederhana (dihadiri hanya anggota keluarga kecil) maka sudah sangat membahagiakan. Aku masih ingat betapa senangnya aku melihat kue ulang tahun yang dibeli orang-tuaku, meniup lilinnya yang berbentuk angka, memotong segitiga kuenya, dan membagikan pada banyak orang. Tidak hanya itu, Niken kecil juga akan mengenakan gaun yang ujungnya berumbai-umbai bak putri kerajaan dan Papa akan mengambil beberapa jepret momen perayaan ulang tahun untuk mengabadikannya. Jangan lupakan juga perihal kado.
Semua hal yang sudah aku ceritakan diatas, tentunya kini tidak berlaku untuk diriku yang sekarang. Aku semacam mempunyai love-hate relationship dengan sebuah perayaan ulang tahun. Aku masih suka memandangi kue ulang tahun yang cantik, aku suka perasaan berkumpul dengan orang terkasih saat ulang tahun, aku tetap menyukai perasaan meniup lilin ulang tahun seakan hal tersebut masih membuat senang Niken kecil.
Tapi ada ketakutan besar mengenai ulang tahun dariku. Aku takut menjadi dewasa. Seakan dewasa dan bertambah umur adalah hal yang sangat mengerikan. Bayangan kabur atas masa depan yang tidak bisa diprediksi menghantuiku. Menjadi dewasa artinya semakin besar pula tanggung jawab yang akan dipikul. Menjadi dewasa juga harus siap kesepian, yang mana aku pasti tidak siap dengan hal tersebut. Melihat orang-orang disekitarku secara perlahan meninggalkanku dan menjalani kehidupan yang baru, pekerjaan baru, lingkungan baru, pasangan baru, dan lain sebagainya.
Aku terlalu memusingkan masa depan, namun usahaku untuk maju dan berubah seringkali terjebak dalam kotak masa kini yang aku pun sendiri sulit untuk menghancurkannya.
In the end, it's always gonna be me vs me.
Comments
Post a Comment