Skip to main content

Perkara Ulang Tahun


 

Aku pernah suka perayaan ulang tahun.

Menurut Niken kecil, ulang tahun harus dirayakan. Tidak harus besar dan mewah, cukup yang sederhana (dihadiri hanya anggota keluarga kecil) maka sudah sangat membahagiakan. Aku masih ingat betapa senangnya aku melihat kue ulang tahun yang dibeli orang-tuaku, meniup lilinnya yang berbentuk angka, memotong segitiga kuenya, dan membagikan pada banyak orang. Tidak hanya itu, Niken kecil juga akan mengenakan gaun yang ujungnya berumbai-umbai bak putri kerajaan dan Papa akan mengambil beberapa jepret momen perayaan ulang tahun untuk mengabadikannya. Jangan lupakan juga perihal kado.

Semua hal yang sudah aku ceritakan diatas, tentunya kini tidak berlaku untuk diriku yang sekarang. Aku semacam mempunyai love-hate relationship dengan sebuah perayaan ulang tahun. Aku masih suka memandangi kue ulang tahun yang cantik, aku suka perasaan berkumpul dengan orang terkasih saat ulang tahun, aku tetap menyukai perasaan meniup lilin ulang tahun seakan hal tersebut masih membuat senang Niken kecil.

Tapi ada ketakutan besar mengenai ulang tahun dariku. Aku takut menjadi dewasa. Seakan dewasa dan bertambah umur adalah hal yang sangat mengerikan. Bayangan kabur atas masa depan yang tidak bisa diprediksi menghantuiku. Menjadi dewasa artinya semakin besar pula tanggung jawab yang akan dipikul. Menjadi dewasa juga harus siap kesepian, yang mana aku pasti tidak siap dengan hal tersebut. Melihat orang-orang disekitarku secara perlahan meninggalkanku dan menjalani kehidupan yang baru, pekerjaan baru, lingkungan baru, pasangan baru, dan lain sebagainya. 

Aku terlalu memusingkan masa depan, namun usahaku untuk maju dan berubah seringkali terjebak dalam kotak masa kini yang aku pun sendiri sulit untuk menghancurkannya. 

In the end, it's always gonna be me vs me.



Comments

Popular posts from this blog

Cerita Di SMA: Temu Gen Pertamaku Di Smala

Hai semuanya! Seluruh smalane pasti udah nggak asing banget sama yang namanya gen ya kannn? Gen(generasi) sendiri konon katanya dapat mengakrabkan hubungan kita dengan adik kelas maupun kakak kelas yang tergabung dalam generasi yang sama. Contohnya kaya genku ini, gen 4TEAM terdiri dari kelas X4, XI4, XII4, bahkan sampe alumni yang juga gen 4. Dan masih banyak gen lain, seperti GENJI(Gen 1), ANGELS(Gen 2), BEST(Gen 3), LIMO(Gen 5), CLASSIX(Gen 6), DJITOE(GEn 7), ARSPAN(Gen 8), LASSO(Gen 9), SSOSH(Gen IS). Kebersamaan gen sendiri terwujud dengan adanya TG(Temu Gen) dan acara-acara lain yang melibatkan gen. Acara TG sendiri biasanya diadakan di awal tahun.  Awal aku masuk smala hari Kamis, 5 Januari 2017. Anak-anak yang lain heboh banget pada bikin dekorasi kecil yang aku nggak tau waktu itu buat apa wkwk. Terus siangnya aku dimintain iuran buat kaos gen & buat TG sama Pauline temenku. Aku yang waktu itu buta informasi banget soal smala nggaktau apa itu Gen, TG, dan lain

Berfaedah: Terimakasih, Niken!

HAI SEMUANYAAA! Hahaha udah lama nih aku ngga update blog, maaf yaah ngga sempet up karena keabisan topik. Kali ini, aku mau berterimakasih banyak sama diriku sendiri, karena aku udah jadi orang yang sangat kuat! hehe. Mungkin disini aku bahasanya agak lebih santai dari biasanya karena ini aku copas dari private account instagram aku hihihi. Menjalani masa depresi dari November’17-Juni’18 beneran ga gampang. Ratusan kali punya pikiran buat bunuh diri, puluhan kali percobaannya juga.. beneran keren aku masih bisa ada sekarang. Di 2018 ini banyaaak banget pelajaran yang bisa diambil dan diresapi buat diriku sendiri. Gimana caranya aku harus bisa cuek sama sekitar, gimana caranya aku bisa tetap tenang ngejalanin masalah-masalah walaupun susah minta ampun, gimana caranya aku harus bisa sekuat baja yang dibenci ratusan orang. Bodohnya aku, aku ga langsung nyari pertolongan ke psikolog/ siapapun yang bisa nolong aku. Tapi akhirnya camproh ngerubah hidupku bgt. Aku jadi makin bisa bersy

Untitled: Tentang Kematian

Terasa hampa. Seperti tidak bisa membayangkan masa depan, dan rasanya akan mati esok hari. Mungkin banyak dari mereka, mengira bahwa masa depanku sudah tergambarkan, dengan angka-angka sampah tersebut. Namun waktu terasa sangat cepat, aku seperti bisa mendengar detik-detik terakhir. Jiwa menunggu sang akhir, namun dirundung ketakutan pula. Terbayang sebuah peti warna putih, yang siap dikuburkan Terbaring raga yang memang menantikan kematian sejak lama. Raga yang putus asa akan adanya nafas hidup, dan sudah mati rasa. Seperti sudah siap mematikan tubuh. Siapa yang akan berkunjung?  Mungkinkah kamu? Mungkinkah mereka? Atau mungkinkah Sang Dia? Mungkin hanya orang terdekat dan yang bisa merasakan apa arti kesepian.