Skip to main content

Current Life Update? Januari 2022


Life's been getting hard, and I'm just tryna survive.

Beberapa bulan yang lalu aku pergi ke psikiater. Di pertemuan pertama, aku diberi dua obat untuk mengatasi masalah yang sedang aku hadapi. Yaitu, mudah lupa. Dokter nggak memberikan kejelasan mengenai diagnosis penyakitnya, tapi yang aku tahu, obat yang diberikan merupakan obat yang digunakan untuk penderita demensia.

Sebenarnya, selain mudah lupa aku punya banyak sekali keluhan tapi yaaaa kayaknya emang itu yang menjadi highlight untuk dokternya. Setelah 2 minggu konsumsi obat tersebut, aku kembali konsultasi dengan dokter untuk keluhanku yang lain. Aku sering sedih dalam jangka waktu yang lama. Aku bisa secara tiba-tiba merasakan sedih yang luar biasa (dengan atau tidak dengan alasan) dan aku bisa menyelami kesedihanku sampai satu bulan lamanya. Hal tersebut kambuhan. Dari analisisku, ini adalah gejala dari gangguan depresi mayor, dan memang benar, akhirnya dokter memberi aku anti depresan dengan dosis yang kecil.

Belum jadi dokter, tapi rasanya aku sudah gagal dari awal. Itu yang terus-terusan aku pikirkan. Bayangkan, seorang calon dokter memiliki depresi dan masalah pada memorinya? Siapa yang akan percayakan aku sebagai dokternya kelak, jika saat belajar saja aku kesulitan?

Aku sendirian, mungkin cuma satu temanku yang aku ceritakan tentang hal ini, tapi itupun tidak banyak. Keresahanku, aku pendam sendiri. Aku takut akan ditinggalkan kalau aku membagikannya. Orang akan memandangku lemah, tidak berdaya, cari muka, cari perhatian. 

Orang lain maju kedepan, melanjutkan hidup. And i'm stuck here, mencoba untuk bertahan sampai waktu yang tidak jelas. I really want to giving up on this life, tapi Tuhan sudah memberi aku 20 tahun yang sangat berharga. Rasanya.. kalau aku menyerah, aku seperti tidak menghargai dan malah menghina Tuhan. 

Healing takes time. Sabar, mungkin satu kata itu yang cocok untukku. 

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Di SMA: Temu Gen Pertamaku Di Smala

Hai semuanya! Seluruh smalane pasti udah nggak asing banget sama yang namanya gen ya kannn? Gen(generasi) sendiri konon katanya dapat mengakrabkan hubungan kita dengan adik kelas maupun kakak kelas yang tergabung dalam generasi yang sama. Contohnya kaya genku ini, gen 4TEAM terdiri dari kelas X4, XI4, XII4, bahkan sampe alumni yang juga gen 4. Dan masih banyak gen lain, seperti GENJI(Gen 1), ANGELS(Gen 2), BEST(Gen 3), LIMO(Gen 5), CLASSIX(Gen 6), DJITOE(GEn 7), ARSPAN(Gen 8), LASSO(Gen 9), SSOSH(Gen IS). Kebersamaan gen sendiri terwujud dengan adanya TG(Temu Gen) dan acara-acara lain yang melibatkan gen. Acara TG sendiri biasanya diadakan di awal tahun.  Awal aku masuk smala hari Kamis, 5 Januari 2017. Anak-anak yang lain heboh banget pada bikin dekorasi kecil yang aku nggak tau waktu itu buat apa wkwk. Terus siangnya aku dimintain iuran buat kaos gen & buat TG sama Pauline temenku. Aku yang waktu itu buta informasi banget soal smala nggaktau apa itu Gen, TG, dan lain

Berfaedah: Terimakasih, Niken!

HAI SEMUANYAAA! Hahaha udah lama nih aku ngga update blog, maaf yaah ngga sempet up karena keabisan topik. Kali ini, aku mau berterimakasih banyak sama diriku sendiri, karena aku udah jadi orang yang sangat kuat! hehe. Mungkin disini aku bahasanya agak lebih santai dari biasanya karena ini aku copas dari private account instagram aku hihihi. Menjalani masa depresi dari November’17-Juni’18 beneran ga gampang. Ratusan kali punya pikiran buat bunuh diri, puluhan kali percobaannya juga.. beneran keren aku masih bisa ada sekarang. Di 2018 ini banyaaak banget pelajaran yang bisa diambil dan diresapi buat diriku sendiri. Gimana caranya aku harus bisa cuek sama sekitar, gimana caranya aku bisa tetap tenang ngejalanin masalah-masalah walaupun susah minta ampun, gimana caranya aku harus bisa sekuat baja yang dibenci ratusan orang. Bodohnya aku, aku ga langsung nyari pertolongan ke psikolog/ siapapun yang bisa nolong aku. Tapi akhirnya camproh ngerubah hidupku bgt. Aku jadi makin bisa bersy

Untitled: Tentang Kematian

Terasa hampa. Seperti tidak bisa membayangkan masa depan, dan rasanya akan mati esok hari. Mungkin banyak dari mereka, mengira bahwa masa depanku sudah tergambarkan, dengan angka-angka sampah tersebut. Namun waktu terasa sangat cepat, aku seperti bisa mendengar detik-detik terakhir. Jiwa menunggu sang akhir, namun dirundung ketakutan pula. Terbayang sebuah peti warna putih, yang siap dikuburkan Terbaring raga yang memang menantikan kematian sejak lama. Raga yang putus asa akan adanya nafas hidup, dan sudah mati rasa. Seperti sudah siap mematikan tubuh. Siapa yang akan berkunjung?  Mungkinkah kamu? Mungkinkah mereka? Atau mungkinkah Sang Dia? Mungkin hanya orang terdekat dan yang bisa merasakan apa arti kesepian.